Senin, 07 Mei 2012

Definisi Literasi informasi dari berbagai organisasi, 
Negara dan Ilmuan
Definisi literasi informasi sangat banyak dan terus berkembang sesuai dengan kondisi waktu dan perkembangan di lapangan. Amerika adalah tempat lahirnya istilah dan konsep information literacy. Pada tahun 1974 Paul Zurkowski menggunakan istilah information literacy untuk pertama kali dalam makalah yang diajukannya kepada U.S. National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS). Menurutnya “People trained in the application of information resources to their work can be called information literates. They have learned techniques and skills for utilizing the wide range of information tools as well as primary sources in moulding information solutions to their problems” (Behrens, 1994; Bruce, 1997a)[1] hal ini berarti bahwa orang yang terlatih untuk menggunakan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut orang yang melek informasi (information literate). Mereka telah mempelajari teknik dan kemampuan menggunakan alat-alat dan sumber utama informasi dalam pemecahan masalah mereka.
CILIP  “the UK Chartered Institute of Library and Information Professionals in 2003 mendefinisikan informasi literasi yaitu:
“Information literacy is knowing when and why you need information, where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner.” [2] Literasi informasi adalah mengetahui kapan dan mengapa kita memerlukan informasi dimana kita menemukannya, dan bagaimana kita mengevaluasi, menggunakan dan mengkomunikasikannya dengan cara yang etis.
Definisi ini menyiratkan beberapa ketrampilan untuk menjadi melek informasi dibutuhkan  pemahaman tentang :
- kebutuhan untuk informasi
- sumber daya yang tersedia
- bagaimana menemukan informasi
- kebutuhan untuk mengevaluasi hasil
- bagaimana bekerja dengan atau mengeksploitasi hasil
- etika dan tanggung jawab penggunaan
- bagaimana berkomunikasi atau berbagi temuan 
- bagaimana mengelola temuan "(CILIP, 2003)
Periode 1983 – 1992 Pustakawan Amerika mulai membahas dan menyadari perlunya kemampuan atau keterampilan dalam information literacy. Ide tersebut segera mendunia dan mendapat tanggapan secara internasional. Berkembanglah definisi-definisi literasi dari berbagai Negara antar lain
Amerika Serikat
"To be information literate, a person must be able to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed information. Producing such a citizenry will require that schools and colleges appreciate and integrate the concept of information literacy into their learning programs and that they play a leadership role in equipping individuals and institutions to take advantage of the opportunities inherent within the information society." (American Library Association, Presidential Committee on Information Literacy, Final Report , January 10, 1989)
“Agar seseorang dikatakan memiliki keterampilan literasi informasi, ia harus mampu untuk menyadari kapan informasi diperlukan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan secara efektif informasi tersebut. Guna menghasilkan orang-orang demikian, maka sekolah dan perguruan tinggi menerapkan dan mengintegrasikan konsep literasi informasi ke dalam program pembelajaran dan mereka memerankan fungsi kepemimpinan dalam memperlengkapi individu dan institusi untuk mengambil kesempatan inherent ini dalam masyarakat informasi”
Australia
"Information literacy is an understanding and set of abilities enabling individuals to recognise when information is needed and have the capacity to locate, evaluate, and use effectively the needed information'." (CAUL, 2004)
“Literasi informasi adalah pemahaman dan kemampuan seseorang untuk menyadari kapan informasi diperlukan, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakannya secara efektif.”
Inggris
"Information literacy is knowing when and why you need information, where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner."
“Literasi informasi adalah mengetahui kapan anda memerlukan informasi, ke mana menemukannya, dan bagaimana mengevaluasi dan mengomunikasikannya secara etis.”
UNESCO
"Information Literacy encompasses knowledge of one's information concerns and needs, and the ability to identify, locate, evaluate, organize and effectively create, use and communicate information to address issues or problems at hand; it is a prerequisite for participating effectively in the Information Society, and is part of the basic human right of life long learning." (US National Commission on Library and Information Science, 2003)
"Literasi informasi mengarahkan pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi; juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat.
Komisi literasi informasi American Library Association (ALA) yang bertugas mengkaji peran informasi di dunia pendidikan, bisnis, pemerintahan, dan kehidupan sehari-hari dalam laporan akhirnya pada tahun 1989 menyimpulkan bahwa : Information literate people are those who have learned how to learn. They know how to learn because they know how knowledge is organized, how to find information and how to use information in such a way that others can learn from them. They are people prepared for lifelong learning, because they can always find the information needed for any task or decision at hand. (ALA, 1989, p.1)
”Orang yang berinformasi adalah mereka yang telah belajar bagaimana belajar. Mereka mengetahui bagaimana harus belajar karena mereka mengetahui organisasi pengetahuan, memahami cara menemukan informasi, dan menggunakan/ memanfaatkan informasi sehingga pihak lain dapat belajar darinya. Mereka adalah orang yang disiapkan untuk belajar sepanjang hayat karena mereka selalu dapat menemukan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau mengambil keputusan”.
Webber & Johnston define information literacy as an efficient and ethical information behaviour:
...information literacy is the adoption of appropriate information behaviour to obtain, through whatever channel or medium, information well fitted to information needs, together with critical awareness of the importance of wise and ethical use of information in society. (Webber & Johnston, 2002) ... Melek informasi adalah adopsi dari perilaku informasi yang tepat untuk memperoleh, melalui apa pun saluran atau media, informasi ini cocok untuk kebutuhan informasi, bersama dengan kesadaran kritis tentang pentingnya penggunaan yang bijaksana dan etis dari informasi dalam masyarakat. (Webber & Johnston, 2002)
Boekhorst (2003), dari Belanda, menemukan bahwa semua definisi dan deskripsi dari literasi informasi yang disajikan selama bertahun-tahun dapat diringkas dalam tiga konsep:
• Konsep TIK: melek Informasi mengacu pada kompetensi untuk menggunakan ICT untuk mengambil dan menyebarkan informasi.
• Informasi (ulang) konsep sumber: melek informasi mengacu pada kompetensi untuk menemukan dan menggunakan informasi secara mandiri atau dengan bantuan perantara.
• Konsep memproses informasi: melek informasi mengacu pada proses mengenali membutuhkan informasi, mengambil, mengevaluasi, menggunakan dan menyebarkan informasi untuk memperoleh atau memperluas pengetahuan. Konsep ini mencakup baik ICT dan informasi (kembali) sumber

Dari beberapa definisi di atas, maka pemahaman literasi informasi mengandung beberapa hal di bawah ini:
1. literasi informasi merupakan proses belajar bagaimana caranya belajar
2. keterampilan literasi informasi mencakup pemahaman dan kemampuan seseorang untuk:
o menyadari kapan informasi itu diperlukan
o menemukan informasi
o mengevaluasi informasi
o menggunakan informasi yang diperoleh dengan efektif
o mengkomunikasikannya dengan etis
3. keterampilan literasi informasi merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat berinformasi
Istilah Indonesia untuk information literate, Menurut kaidah tata bahasa Indonesia pembentukan kata salah satunya adalah dengan awalan ”ke” dan akhiran ”an”. Dengan demikian akan dihasilkan bentukan ”keliterasian informasi” yang diturunkan dari literasi informasi. Mengingat belum tercantumnya kata literasi sebagai lema dalam KUBI, ada pihak yang lalu menggunakan istilah melek huruf. Kata melek memang sudah menjadi salah satu lema dalam KUBI. Selanjutnya juga dicantumkan juga hubungannya dengan kata huruf menjadikannya istilah melek huruf. Dapat diduga bahwa istilah melek huruf lahir sebagai upaya mencari kebalikan (antonim) dari isitilah buta huruf. Istilah buta huruf memang dikenal lebih dahulu dibanding dengan istilah melek huruf. Terkenalnya istilah tersebut seiring dengan upaya pemerintah dalam memberantas buta huruf (illiteracy) dalam dasa warsa pertama pasca kemerdekaan.[3]
Literasi informasi Keaksaraan mencakup informasi mengenai informasi dari satu keprihatinan dan kebutuhan, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan mengatur secara efektif menciptakan, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi isu-isu atau masalah di tangan, yang merupakan prasyarat untuk berpartisipasi secara efektif dalam Masyarakat Informasi, dan merupakan bagian dari hak asasi manusia belajar seumur hidup. "(US Komisi Nasional pada Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 2003)[4]


[1] Information Literacy:  A Literature Review. www.learnhigher.mmu.ac.uk/research/InfoLit-Literature-Review.pdf akses 15 april 2011
[2] C. Basli. 2010. Report on current state and best practices in information literacy. Empatic (information competencies): Project funded by the European Commission  Under the Lifelong Learning Programme. http://www.empat-ic.eu akses 13 april 2011
[3] Blasius Sudarsono, MLS. Dkk. 2007. literasi informasi (information literacy) :Pengantar untuk perpustakaan sekolah. http//perpusdigital.sutomo-mdn.sch.id Akses 14 april 2011
[4] Trini Haryanti.Membangun Gerakan Literacy Informasi Masyarakat Seminar ”Membangun Jawa Timur Membaca” http//adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-proc-2009-triniharya-10355-membangu-y.pdf  akses 15april 2011  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar