Model Literasi Informasi
oleh Fitiatus Saomi R
Untuk
menjadi seseorang melek informasi, maka beberapa pihak telah mengembangkan berbagai
model literasi informasi dalam menjelaskan langkah langkah untuk menghasilkan
produk informasi atau memenuhi kebutuhan informasi mereka. Di tahun 1990-an,
model literasi mulai bermunculan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi
yang menuntut model yang bisa mendapatkan informasi secara efektif dan efisien.
Teori dan model yang ditetapkan dalam lingkup
ketrampilan informasi, pencarian informasi / proses mencari dan teori-teori
perilaku mencari informasi yang lebih dulu dikembangkan pada teori-teori
belajar Misalnya: teori pembelajaran taksonomi blooms yang dikenalkan atau
dipublikasikan pada tahun 1956 (Boom 2003), pembelajaran ini masih digunakan
sebagai dasar untuk menganalisis tinngkat pembelajaran. Kemudian banyak konsep
dan model yang dibawa oleh ilmuan dan pendidik informasi yang berkaitan dengan
proses pencarian informasi dan perilaku pencarian informasi (kuhltau,19911998 kuhlthau-home page, 2004) Tingkat
pencarian informasi model big6 yang dikembangkan oleh Eizenberg dan Berkovits
(Eizenberg dan Berkovits 1990 & Big6tm-home page 2004) menggunkan Khultau
sebagai dasar, model literasi informasi relasional Bruce’s (Bruce, 1997 & Bruce-home page 2004), teori
ketrampilan literasi informasi 7pillar yang dikembangkan oleh SCONUL (Society for Collage and University
Libraries) di UK berdasarkan model Bruce’s (SCONUL,1999), model EXIT Ontario School of
library Association, berurusan dengan tingkat perguruan tinggi tingkat
literasi siswa (OSLA, 1999), model
literasi informasi Ralph dengan kontribusinya terhadap jenis lain dari literasi
(Ralph, 1999), 6 tahap informasi pemecahan masalah penny Moores (moore 2002) dll yang
terkemuka diantar bannyak teori model dan standar yang diterbitkan. [1]
Dalam setiap model literasi informasi tersebut
disusun langkah-langkah atau prosedur untuk melaksanakannya. Langkah-langkah
tersebut disusun sebagai suatu model yang disebut model literasi informasi. Berikut
beberapa contoh model literasi informasi dan langkah-langkah untuk menjadi
orang yang melek informasi.
1.
Empowering 8
Model literasi empowering 8 menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang berupa resource-based learning yaitu suatu kemampuan
untuk belajar berdasarkan sumber datanya. Model literasi ini dikembangkan dihasilkan
dari dua workshop yaitu di Kolombo tahun 2004 dan di Patiala- India tahun 2005.
Model
empowering 8 digambarkan sebagai suatu model yang dapat digunakan untuk
memecahkan setiap masalah informasi secara efektif untuk menggunakan delapan
langkah dengan beberapa sub langkah dibawah masing-masing komponen.
Menurut model ini, literasi informasi terdiri dari
kemampuan untuk:
1.
Mengindentifikasi topik/subyek, sasaran
audiens, format yang relevan, jenis-jenis Sumber
2.
Mengeksplorasi sumber dan informasi yang
sesuai dengan topic
3.
Menyeleksi dan merekam informasi yang
relevan dan mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai
4.
Mengorganisasi, mengevaluasi, dan
menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan
pendapat dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan
mengkontraskan informasi
5.
Menciptakan informasi dengan menggunakan
kata-kata sendiri, mengedit dan membuat daftar pustaka ataupun menghasilkan
karya baru
6.
Mempresentasi, menyebarkan atau
menyampaikan informasi yang dihasilkan
7.
Menilai output, berdasarkan masukan dari
orang lain
8.
Menerapkan masukan, penilaian, pengalaman
yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang; dan menggunakan pengetahuan
baru yang diperoleh untuk berbagai situasi.
2.
Big6
Metode ketrampilan literasi informasi Big6
dikembangkan di Amerika Serikat oleh dua pustakawan, Mike Eisenberg seorang Profesor Ilmu Informasi di Syracuse University dan
Bob Berkowizt ahli
pelatihan media perpustakaan di Syracuse, New York pada tahun 1990. The Big6™ menggunakan pendekatan
pemecahan masalah untuk mengajar informasi dan keterampilan informasi serta
teknologi. Dalam model ini terdiri dari 6 ketrampilan dan dan 12 langkah.
Dimana, setiap keterampilan terdiri dari 2 langkah.
Tabel langkah
–langkah Big6
6 Keterampilan
|
12 Langkah
|
1. Perumusan
Masalah
|
1.1.
Merumuskan masalah
1.2.
Mengidentifikasi yang diperlukan
|
2. Strategi
Pencarian informasi
|
2.1.
Menentukan sumber
2.2. Memilih
sumber terbaik
|
3. Lokasi dan
Akses
|
3.1.
Mengalokasi sumber secara intelektual dan fisik
3.2. Menemukan
informasi di dalam sumber-sumber tersebut
|
4. Pemanfaatan
Informasi
|
4.1. Membaca,
mendengar, meraba dsb
4.2.
Mengekstraksi informasi yang relevan
|
5. Sintesis
|
5.1. Mengorganisasikan
informasi dari pelbagai sumber
5.2.
Mempresentasikan informasi tersebut
|
6. Evaluasi
|
6.1.
Mengevaluasi hasil (efektivitas)
6.2.
Mengevaluasi proses (efisiensi)
|
Keunikan
dari model the Big6 ini antara lain adalah karena model ini di klaim oleh
pembuatnya sebagai sebuah model “problem solving” dalam menyelesaikan masalah
informasi. Hal ini berbeda dengan beberapa model lainnya yang memang sudah
diarahkan secara khusus untuk menyelesaikan masalah dalam penulisan.
Karena itu, maka model ini sifatnya
lebih fleksibel dari model-model literasi informasi lainnya, karena model ini
bisa diterapkan pada hampir semua masalah manusia yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan yang menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusannya.[2]
3.
Seven pillar
Seven pillar merupakan model literasi informasi yang
dikembangkan oleh SCONUL (Society for
Collage and University Libraries), sebuah organisasi yang membawahi
perpustakaan di Inggris. Pada model
literasi ini, memiliki pandangan
literasi informasi merupakan satu set tujuh dimensi kompetensi, dibangun di
atas dasar keterampilan perpustakaan dan kemampuan IT (information technology), yang merupakan dasar bagi mereka. Model
literasi dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar model seven pillar
Pada model tersebut, untuk
menjadi orang yang melek informasi, dibutuhkan dua keterampilan dasar yaitu
keterampilan dasar perpustakaan (basic library skills) dan kemampuan teknologi
informasi (IT skills). Antara dasar dan konsep tingkat yang lebih tinggi 'melek
informasi' muncul tujuh keterampilan dan atribut, praktek yang mengarah pada kesadaran
refleksi dan kritis terhadap informasi sebagai sumber daya intelektual untuk
menjadi pengguna kompeten pada tingkat ahli. Perkembangan dari pemula menjadi ahli
ditunjukkan oleh panah. Mahasiswa tahun pertama sebagian besar akan berada di
bawah panah, mungkin hanya berlatih empat keterampilan pertama, sementara
pascasarjana dan mahasiswa penelitian akan bertujuan untuk menjadi ahli
menjelang akhir, dan akan bercita-cita untuk ketujuh. Dalam pendidikan tinggi,
literasi informasi harus mencakup pengertian tentang individu yang mampu
memberikan kontribusi pada sintesis informasi yang ada, untuk lebih mengembangkan
ide-ide membangun sintesis dan akhirnya, menciptakan pengetahuan baru dalam
disiplin mata pelajaran tertentu .
Semua model literasi
tersebut mempunyai ciri tersendiri dalam mencapai sesorang yang melek informasi
tak terkecuali model Big6. Alasan pemilihan model ini sebagai alur proses
penelitian dalam mengetahui literasi informasi mahasiswa yang diukur dengan
standar ACRL karena model
ini tidak hanya dapat digunakan sebagai hirarki berfikir yang sistematis untuk
mengerjakan penulisan, tapi dapat digunakan sebagai “problem solving tool”
dalam memecahkan setiap masalah yang berkaitan dengan informasi sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan.
Standar Dokumen ACRL
menyediakan perancah untuk mengembangkan dan mengukur kemampuan individu melek
informasi. Standards ACRL memanfaatkan perkembangan dasar melek informasi dan
memperluas keterampilan-keterampilan ke dalam pengaturan pendidikan tinggi.
Keterkaitan standar ACRL dan AASL (American Association of School Librarians) menunjukkan
berbagai hasil literasi informasi dikembangkan untuk siswa di semua tingkat.
Melalui campuran dari K12 standar melek informasi dan standar dari dokumen
ACRL, bahwa Big6 dapat menjadi bagian dari proses literasi informasi dalam
pendidikan tinggi.[3]
Orang yang sangat ahli dalam memecahkan masalah informasi cenderung menggunakan
langkah-langkah Big6 tanpa disadari atau mengetahui apa itu, meskipun dia tidak
mempelajari Big6.
[1] World Library and Information Congress: 70th
IFLA General Conference and Council 22-27 August 2004 Buenos Aires, Argentina Programme: akses 17 April 2011 dari http://www.ifla.org/IV/ifla70/prog04.htm h.3
[2]
Dharma
gustiar baskoro.2011.”Literasi
Informasi 6 : BIG6 sebagai salah satu metode Literasi Informasi.” http://dbaskoro.blogspot.com akses 14 Mei 2011
[3] Ru Story-Huffman. “Big6 in Higher Education: Considering the
ACRL Standards in a Big6 Context” akses pada 7 Juli 2012 dari http://big6.com