Jumat, 23 Desember 2011



EFEKTIFITAS SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMI  UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Latar belakang
Sebagai sebuah sistem maka sistem simpan temu kembali informasi (SSTKI) perlu dikaji apakah memenuhi pengelolanya maupun pemakainya. Keberhasilan kinerja sitem temu kembali informasi dapat dilihat dari segi efektifitasnya serta efisiensinya. Segi efektifitas dapat dilihat dari segi kinerja sistem sedangkan efisiensi melihat dari fungsi waktu atau biaya. Informasi yang tersimpan pada suatu koleksi dokumen dapat diakses melalui komputer jika komputer tersebut sudah dilengkapi dengan Information Retrieval System (Sistem Temu-kembali Informasi). Sistem temu-kembali informasi berhubungan dengan pemilihan suatu objek dari sebuah koleksi dokumen. Objek tersebut merupakan informasi yang mungkin diminati oleh pemakai, dapat berbentuk dokumen teks, benda dalam museum atau sembarang bentuk yang dikumpulkan yang kelak mungkin diperlukan
Evaluasi merupakan perbandingan kinerja alternatif dengan maksud mengetahui berapa baik atau buruk sistem temu kembali informasi dalam mencapai sasarannya. Evaluasi diperoleh setelah melakukan uji coba terhadap sistem.
Berbagai parameter digunakan untuk evaluasi sistem simpan dan temu kembali informasi guna mengukur kemampuan nyata sebuah sitem dalam temu kembali dokumen atau rujukannya. Biasanya setiap pertanyaan yang diajukan ke sistem informasi selalu memperoleh jawaban. Masalah pertama adalah sebaerapa jauh efektifitasnya? Apakah jawaban yang diberikan merupakan jawaban yang bersifat relevan dengan pertanyaan?
Pemakai sebuah sistem informasi secara sadar maupun tidak akan mengevaluasi sebuah sitem dalam kaitannya dengan kepuasan permintaannya. Pemakai cenderung mementingkan hasil daripada bagaiman sistem temu kembali informasi beroperasi.  Sebagai contoh beberapa permintaan pemakai, yang melakukan peneluran tentang subjek tertentu guna mengetahui kemutakhiran sebuah materi khusus. Bila penelusuran menghasilkan dokumen yang tidak menunjukan dokumen yang mutahir maka penelusuran akan dihentikan. Beberapa oranng cenderung untuk menginginkan dokumen yang baik mengenai subjek khusus. Inilah situasi yang menghendaki dokumen yang relevan ditemu balik sebanyak mungkin. 
A.      Sejarah berdirinya Perpustakaan Ekonomi
Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan seiring berdirinya Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang pada waktu itu (tahun akademik 2000-2001) masih berupa Program Studi Akutansi dan Manajemen di bawah program Konversi UIN bersama Program Studi Agribisnis dan Teknik Informatika. Pada awal berdirinya, perpustakaan program Konversi dikelola oleh saudara Ba'sir dan Khatim. Kemudian pada tahun 2001, perpustakaan ini dipimpin oleh Drs. M. Djuhro dengan menempati gedung baru dan jumlah koleksi sekitar 2000 eksemplar. Pada tahun 2002, melalui SK Presiden No. 31 tanggal 20 Mei 2002, status program Konversi berubah menjadi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial - UIN Jakarta. Dengan disyahkannya status IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka status perpustakaan ini berubah menjadi perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS). Fungsi perpustakaan ini adalah sebagai perpustakaan kerja (Working Library) sesuai dengan Rencana Induk Pengembanan (RIP) IAIN Jakarta tahun 1999. Pembinaan perpustakaan fakultas ini langsung di bawah Pembantu Dekan I dan koordinasi dengan perpustakaan utama sebagai "Main Library"
Berdasarkan Surat Tugas Nomor E.KIK/OT.Kp.01.4/320/XII/2005 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menugaskan Sdr. Seandy Irawan, S.Ip sebagai PJS Perpustakaan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, setelah Kepala Urusan Drs. M.Djuhro mengakhiri masa tambahan pensiunan. Kemudian pada tanggal 7 April 2010, berdasarkan SK Rektor No. Un.01/R/KP.07.6/115/2010, kepemimpinan perpustakaan FEB dialihkan kepada sdr. Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum. sebagai Kepala Urusan yang baru.

B.       Visi & Misi
Visi
Menyediakan sumber informasi dan pengetahuan bidang ekonomi dan bisnis, serta wawasan keislaman yang berkualitas bagi civitas akademik.
Misi
1.        Melakukan pengolahan, pelayanan, penyebaran dan perawatan sumber-sumber informasi dan pengetahuan yang berkualitas guna disediakan civitas akademik.
2.        Mengembangkan Sumber Informasi Terintegrasi Bidang Ekonomi dan Bisnis
3.        Mengembangkan Layanan Informasi Berbasis WEB Bagi Civitas Akademik
4.        Mengembangkan Sumber Daya Pustakawan dan Pengguna Perpustakaan
C.      Koleksi perpustakaan
Perpustakaan FEB - UIN Jakarta terus berupaya untuk meningkatkan jumlah koleksi untuk memenuhi kebutuhan proses belajar mengajar dan melakukan pembenahan dalam manajemen, menuju sistem terotomasi. Sampai saat ini, Perpustakaan FKIK telah memiliki koleksi terdiri 1500 judul dengan 3647 eksemplar. Koleksi CD 37 buah dan jurnal 1.259 exemplar, dan 185 judul skripsi. Dan telah melanggan koran sebanyak 1 (satu) judul. Dan juga telah menyediakan layanan internet untuk memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika
Jumlah Pustaka : 8650 Eksemplar
Jumlah Judul : 4626 Judul

GRAFIK JUMLAH EKSEMPLAR
835
000
87
100
1133
200
2580
300
125
400
211
500
3550
600
15
700
50
800
64
900
DDC
000      Karya Umum
100      Filsafat
200      Agama
300      Ilmu Sosial
400      Bahasa
500      Sains
600      Teknologi
700      Kesenian & Olah Raga
800      Kesusastraan
900      Geografi


GRAFIK JUMLAH JUDUL
750
000
58
100
545
200
1409
300
71
400
104
500
1598
600
11
700
33
800
47
900
DDC
000      Karya Umum
100      Filsafat
200      Agama
300      Ilmu Sosial
400      Bahasa
500      Sains
600      Teknologi
700      Kesenian & Olah Raga
800      Kesusastraan
900      Geografi

D.        Jenis Layanan:
A. Layanan Sirkulasi
B. Layanan Baca
C. Layanan Referensi
D. Layanan Internet
E. Layanan Audio Visual
  F. Layanan Foto Copi

E.       System temu kembali informasi / OPAC Perpustakaan ekonomi
System yang digunakan perpustakaan Ekonomi menggunakan system My Pustaka.  Sistem ini dapat diakses secara online di  http//libfeis.uinjkt.ac.id
Cara penelusuran
Cara penelusuran informasi sitem My Pustaka dengan meng-klik icon “pencarian koleksi”. Dengan meng-klik icon ini, daftar koleksi yang kita inginkan akan muncul pada layar sesuai dengan query yang kita inginkan. Sistem ini menyediakan metode pencarian sederhana dan lanjutan / advance search. Tampilan pencarian sederhana. Sedangkan, sitem Penelusuran lanjutan/ advance search dapat diakses dengan meng-klik “penelusuran lanjutan” agar mendapatkan subjek yang lebih spesifik. Sitem penelusuran lanjutan dilengkapi dengan sistem bolean logic yaitu “And (dan), Or (atau) dan Not (tidak)” 

Apabila pemustaka masih belum mengerti dalam penggunaan sistem bolean logic, pada halaman tersebut dilengkapi dengan keterangan penggunaan “dan, atau, tidak”.
F.       Efektifitas sistem temu kembali informasi
Efektifitas dari suatu sistem temu kembali informasi adalah kemampuan dari sistem itu untuk memanggil berbagai dokumen dari suatu basis data sesuai dengan permintaan pengguna. Efektifitas dari sistem temu kembali informasi tersebut dapat diukur. Ada dua hal penting yang biasanya digunakan dalam mengukur kemampuan suatu sistem temu kembali informasi yaitu rasio atau perbandingan dari perolehan (recall), dan ketepatan (precicion). (Lee Pao, 1989: 225).[1]
Perolehan (recall) berhubungan dengan kemampuan sistem untuk memanggil dokumen yang relevan dengan query, sedangkan ketepatan (precision) berkaitan dengan kemampuan sistem untuk tidak memanggil dokumen yang tidak relevan dengan kebutuhan pengguna. Dokumen terpanggil (recall) yang relevan dengan query pengguna belum tentu relevan dengan kebutuhan pengguna.
Recall adalah proporsi jumlah dokumen yang dapat ditemukan-kembali oleh sebuah proses pencarian di sistem temu kembali informasi. Kata lain untuk recall dalam bahasa Inggris adalah remember, recollect, remind. Di bidang sitem kemu kembali informasi, recall berkaitan dengan kemampuan menemukan-kembali butir informasi yang sudah tersimpan.
Precision dapat diartikan sebagai kepersisan atau kecocokan (antara permintaan informasi dengan jawaban terhadap permintaan itu). Jika seseorang mencari informasi di sebuah sistem, dan sistem menawarkan beberapa dokumen, maka kepersisan ini sebenarnya juga adalah relevansi. Artinya, seberapa persis atau cocok dokumen tersebut untuk keperluan pencari informasi, bergantung pada seberapa relevan dokumen tersebut bagi si pencari. Yang dimaksud relevan adalah dokumen yang berguna bagi pemakai yang kaitannya dengan kebutuhan informasinya sehingga pemakai mengajukan permintaan penelusuran.
Menurut Rowley dalam Hasugian (2003: 05). Suatu sistem temu kembali informasi dinyatakan efektif apabila hasil penelusuran mampu menunjukkan ketepatan (Precision) yang tinggi sekalipun perolehannya rendah. Kondisi ideal dari keefektifan suatu sistem temu kembali informasi adalah apabila rasio recall dan Precision sama besarnya (1 : 1).
Perolehan (recall) berhubungan dengan kemampuan sistem untuk memanggil dokumen yang relevan. Untuk mengihitung nilai perolehan (recall) digunakan rumus sebagai berikut: (Hasugian, 2006 : 5)
Jumlah Dokumen yang Terambil (rak)
Recall (R) = -------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah Dokumen yang Ada dalam Database (Sistem)

Ketepatan (Precision) berkaitan dengan kemampuan sistem untuk tidak memanggil dokumen yang tidak relevan. Untuk menghitung nilai ketepatan (precision) digunakan rumus sebagai berikut (Hasugian, 2006 : 5):

Jumlah Dokumen Relevan yang Terambil (rak)
Precision (P) = --------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah Dokumen yang terambil dalam Pencarian (ditemukan di rak)
G.      Analisis recall dan precision
Analisis yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah dengan menggunakan rumus yang yang sudah tertera sebelumnya yaitu:
Jumlah Dokumen yang Terambil (rak)
Recall (R) = -------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah Dokumen yang Ada dalam Database (Sistem)

Jumlah Dokumen Relevan yang Terambil (rak)
Precision (P) = -----------------------------------------------------------------------------------  x100%
Jumlah Dokumen yang terambil dalam Pencarian (ditemukan di rak)

Sebagaimana yang tertera pada penulisan sebelumnya, Perolehan (recall) berhubungan dengan kemampuan sistem untuk memanggil dokumen yang relevan dengan query, sedangkan ketepatan (precision) berkaitan dengan kemampuan sistem untuk tidak memanggil dokumen yang tidak relevan dengan kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui tingkat recall dan precision dari sistem “my pustaka” tersebut, kami mengujinya dengan mencari dokumen dengan menggunakan kata kunci tertentu seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel perolehan recall dan precision
Kata kunci
Dokumen ada pada sistem
Dok ada pada rak
Dok relevan ada pada rak
Recall (%)
Precision (%)
Perkreditan
4
4
3
4/4x100%=100%
3/4x100%=75%
Ilmu ekonomi
17
13
8
13/17x100%=76,47%
8/13x100%=61,53%
Pasar modal
22
18
12
18/22x100%=81,8%
12/18x100%= 66,7%

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat recall & ketepatan atau precision bisa dikatakan tinggi dengan tingkat rasio diatas 50%. Akan tetapi, apabila dibandingkan antara  keduanya, tingkat precision lebih rendah dibandingkan tingkat recall, dengan prosentase precision 75%, 61,53%, dan 66,7%, sedangkan prosentase recall 100%, 76,47%, dan 81,8%.
Merujuk Rowley dalam Hasugian, kondisi ideal dari keefektifan suatu sistem temu kembali informasi adalah apabila rasio recall dan Precision sama besarnya (1 : 1). Melihat perbandingan hasil tersebut diatas, maka recall dan precision hampir mendekati perbandingan tersebut. Hal ini berarti bahwa tingkat keefektifan dari system temu kembali di perpustakaan ekonomi atau sistem “my pustaka” mendekati ideal.

H.      Kendala menentukan sistem recall and precision
Dalam system temu kembali informasi, mendapatkan dokumen yang relevan tidaklah cukup. Tujuan yang harus dipenuhi adalah bagaimana mendapatkan doukmen relevan dan tidak mendapatkan dokumen yang tidak relevan. Ukuran recall-precision ini juga sangat bergantung pada apa yang sesungguhnya dimaksud dengan “dokumen yang relevan” itu dan bagaimana memastikan relevan-tidaknya sebuah dokumen. Salah satu kritik terhadap prinsip recall-precision ini menyatakan bahwa ukuran ideal sebuah sistem selama ini terlalu berpihak kepada mesin dan logika yang terlalu ketat. Sangatlah sulit mencapai tingkat recall-precision yang ideal karena keduanya berdasarkan pada ukuran relevansi yang amat lentur dan dinamis. Selain itu, seorang pencari informasi seringkali tidak hanya peduli pada relevansi, melainkan juga pada banyak hal lain, seperti kecepatan proses pencarian, kemudahan dalam mengajukan permintaan informasi, kenyamanan dalam memandang layar komputer, dan sebagainya. Seringkali seorang pencari informasi rela mengorbankan tingkat precision, asalkan sistem yang dipakainya memberikan respon yang cepat.

KESIMPULAN

Parameter untuk mengukur efektifitas sitem temu kembali informasi adalah dengan menggunakan ukuran recall dan precision. Perolehan (recall) berhubungan dengan kemampuan sistem untuk memanggil dokumen yang relevan dengan query, sedangkan ketepatan (precision) berkaitan dengan kemampuan sistem untuk tidak memanggil dokumen yang tidak relevan dengan kebutuhan pengguna. Dokumen terpanggil (recall) yang relevan dengan query pengguna belum tentu relevan dengan kebutuhan pengguna. Yang dimaksud relevan adalah dokumen yang berguna bagi pemakai yang kaitannya dengan kebutuhan informasinya sehingga pemakai mengajukan permintaan penelusuran.
Berdasarkan ujicoba yang dilakukan terhadap sistem temu kembali informasi dengan menggunakan query atau kata kunci tertentu di sitem “My Pustaka” yang digunakan oleh  Perpustakaan Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah, tingkat relevansi STKI di perpustakaan tersebut mendekati ideal.  Apabila  merujuk pada apa yang dikatakan oleh Rowley dalam Hasugian, kondisi ideal dari keefektifan suatu sistem temu kembali informasi adalah apabila rasio recall dan Precision sama besarnya (1 : 1).
                                       
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Sulistyio.2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains

Hasugian, Jonner. 2003. Penggunaan bahasa alamiah dan kosa kata terkontrol dalam system Temu kembali informasi berbasis teks. digitized by USU digital library. http//repository.usu.ac.id akses 15 April 2009

Hasugian, Jonner. Penggunaan bahasa alamiah dan kosa kata terkendali dalam sistem Temu balik informasi berbasis teks. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006, Halaman 72. Departemen Studi Perpustakaan dan InformasiUniversitas Sumatera Utara. http//doaj.org akses 15 April 2009

















[1] Jonner hasugian. 2003. Penggunaan bahasa alamiah dan kosa kata terkontrol dalam system Temu kembali informasi berbasis teks. digitized by USU digital library. http//repository.usu.ac.id akses 15 April 2009.

Kamis, 15 Desember 2011

Peran perpustakaan dalam mengembangkan literasi anak dan remaja pada era informasi


Oleh
Fitiatus Saomi R.

Merujuk pada definisi yang diberikan oleh UNESCO  maka arti literacy adalah kemampuan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, menciptakan, mengkomunikasikan dan menghitung, dengan menggunakan bahan-bahan tercetak dan tertulis yang berhubungan dengan berbagai macam konteks. [1] kemampuan ini dibutuhkan sebagai modal dasar bagi setiap orang khususnya para anak dan remaja untuk memiliki keahlian yang lebih tinggi yaitu:information literacy – sebuah keahlian dalam mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara efektif. Jadi kemampuan literacy lebih luas daripada kemempuan membaca, literacy tidak hanya sekedar kemampuan untuk membaca.
Pengenalan literasi awal pada anak
Kemampuan literasi dan membaca harus dibina sejak usia dini. Seperti dikemukakan oleh Lawenfeld (dalam Munandar, 1997:75), bahwa saat paling penting dan menentukan dalam upaya pengembangan kreativitas adalah bila seseorang masih berada dalam usia balita, karena pada usia prasekolah tersebut seorang anak memiliki daya khayal yang tinggi dan berbeda serta merupakan masa perkembangan dengan daya kreativitas yang pesat. Setelah melalui proses perkembangan yang begitu pesat pada usia TK, ternyata ada masanya anak mengalami kemandegan proses kreativitas. Proses pemandekan kreativitas telah berlangsung semenjak dini, menurut Mulyadi (dalam Nashori dan Diana, 2002:25)[2] kreativitas ini mengalami proses pemandekan setelah seseorang mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar. Ketika berada dibangku Sekolah Dasar anak dilatih untuk memilih hanya satu jawaban yang benar atas satu persoalan dalam ujian. Hal ini menjadikan potensi berfikir kreatif tidak berkembang optimal. Proses pemandekan itu berlangsung hingga jenjang pendidikan tinggi.
Sebuah study yang dilakukan George Land dalam Break-Point And Beyond menunjukan fakta yang sangat dramatis. Anak usia 5 tahun mencetak skor kreativitas sebanyak 98%, anak usia 10 tahun 32%, remaja berusia 15 tahun 10%, dan orang dewasa hanya 2%. Proses hidup terutama melalui lembaga pendidikan formal, seakan mengantarkan anak pada satu arah yang pasti, yakni menurunnya kreativitas. (Nashori dan Diana, 2002:26)[3]
Berkaitan dengan perkembangan literacy, ada satu penelitian yang dilakukan oleh Marie Clay, tentang konsep emergent literacy (literacy awal). Dalam penelitiannya, Marie  Clay menjelaskan konsep literacy awal memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a.       Pengembangan lieracy dimulai sebelum anak mualai belajar formal di sekolah dasar. Misalnya banyak anak usia 2 atau 3 tahun bisa mengidentifikasi tanda, label, dan logo di rumah dan di masyarakat mereka.
b.      Membaca dan menulis berkembang berbarengan dan saling berhubungan pada anak kecil tidak berlangsung secara berurutan. Literacy mencakup kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
c.       Fungsi literacy ( seperti mengetahui huruf-huruf untuk mengeja kata, mengetahui kata memilki arti) ditemukan sebagai bagian penting dari belajar bagaimana membaca dan menulis selama selama usia awal anak.
d.      Anak-anak belajar menegnai bahasa tulisan pada saat mereka secara aktif terlibat dengan anak remaja dalam situasi membaca dan menulis, mereka belajar menulis sendiri dan mencontoh temannya dalam kegiatan literacy.
e.       Anak-anak melewati tahapan yang umum pengembangan literasi dalam berbagai cara dan usia yang berbeda
Literacy dasar  sebagai bagian dari pendidikan sekolah dasar
Literasi sering dipahami sebagai kemampuan dasar dalam membaca dan menulis “literacy is the ability to read and write”(Collin Cobuild:2002 .p. 409). Literasi juga dipahami dengan istilah “melek huruf” disamping juga wawasan wawasan tentang kepustakaan.. dengan demikian literasi dasar merupakan kemampuan dasar untuk membaca dan menulis. Istilah literasi juga dapat dipahami sebagai kekakraban atau wawasan tentang kepustakaan.
Konsep literasi dasar pada umumnya mencakup tiga bidang pokok yaitu literasi prosa, literasi dokumen dan literasi kuntitatif. Literasi prosa menyangkut pengetahuan dan ketrerampilan yang dibutuhkan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai macam text termasuk editorial, berita cerita, puisi, fiksi dan lainnya. Literasi dokumen merupakan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencari dan mencari informasi dan menggunakan informasi yang terkandung dalam berbagai format seperti peta, tabel, grafik, dsa. Sedangkan literasi kuantitatif, menyangkut pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan proses berhitung (arithmetic operation). (statistic Canada, national literacy secretariat)[4]
Dengan demikian, literasi tidak hanya semata-mata dipahami sebagai kemampuan dasar akan baca tulis pada diri seseorang, akan tetapi juga dipahami sebagai pengetahuan dan keterampialan seseorang dalam memahami beragam teks informasi (prosa), pengetahuan dan keterampialn mencari dan menggunakan beragam dokumen dan juga kemampuan berhitung aritmetika. Ketiga komponen literasi dasar tersebut akan memberikan keuntungan yang besar untuk diterapkan pada sistem pendidikan sekolah melalui susunan kurikulum dan system pembelajaran yang intensif.
Peran perpustakaan dalam mengembangkan literacy anak dan remaja
Perpustakaan sebagai pusat informasi perlu mendukung program literasi untuk anak dan remaja tersebut. Peran perpustakaan dalam menyajikan bahan-bahan perpustakaan sesuai dengan karakter anak dan remaja dalam mengembangkan literacy anak dan remaja sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan karakter dari usia mereka. Adapun karakter dan tingkat kebutuhan setiap anak berbeda sesuai dengan umur tingkat umur mereka. Diamana semua itu perlu disediakan dan dikelola dengan baik.  
A.    Ciri anak usia 2 ampai 3 tahun
1.      Anak mualai melihat ciri tubuhnya ada yang berbeda dengan orang lain di sekitarnya. Mereka mulai mengalammi perbedaan perasaan dirinya dengan orang lain.
2.      Anak membutuhkan rasa aman, kehangatan, rasa diperhatikan dan dicintai. Orang dewasa juga membutuhkan kondisi seperti ini, namun kebutuhan tersebut terutama dimilliki oleh anak usia dini. Perkembangan kecerdasan intrapersonal anak tumbuh subur bukan karena dia melakukan refleksi diri secara mendalam seperti orang dewasa, tetapi dalam interaksi langsung dan konkret dengan orang disekitarnya.
·         Peran perpustakaan Untuk membantu kecerdasan intrapersonal dalam kondisi semacam itu
1.      Memeilih bahan bacaan (pustaka) tentang tokoh atau karakternya secara kontas berbeda. Hal ini untuk melatih mengidentifikasi aneka perasaan yang berbeda yang dirasakan oleh tokoh yang satu dengan yang lainnya.
2.      Perpustakaan menyediakan tempat yang kondusif bagi oranng tua yang mendampingi anaknya, untuk dapat berinteraksi dengan anak dengan memeluk atau memangku anak sewaktu membaca buku.pelukan akna dirasakan sebagai sesuatu yang aman dan perlindungan.
B.     Ciri anak usia 3 sampai 4 tahun
1.      Konsep yang jelas sudah cukup berkembang kepada anak, mereka meneyebut sendiri “aku” dan serangkaian perasaan tentang diri mereka sendiriia akan menyebutkan mainan tertentu atau binatang kesukaannya.
2.      Anak menerima kehangatan dan keamanan lingkungan
3.      Anak beersembunyi dari sesuatu yang tidak bahagia dengan menarik diri, Untuk mengatasi atau menghilangkanmasalah itu dilakukan dengan cara mencela atau menyalahkan orang lain.
4.      Mereka mulai sadar atas warisan budaya lingkungannya.
·         Peran perpustakaan Untuk membantu kecerdasan intrapersonal dalam kondisi semacam itu
1.      Perpustakaan menyediakan buku dengan tema  permainan (misalnya dengan puzzle) dan membiarkan anak bermain dengan buku itu selama masih merasa senang. Atau menyediakan literratur yang menekankan pada bacaan yang sifatnya menghibur yang memuat pesan oral.
2.      Orang tua yang mendampingi diharapkan memberi bimbingn khusus kapeda anaknya untuk tidak takut melakukan kesalahan dalam bermain.
3.      Memberikan pujian untuk menumbuhkan rasa bangga kepada anak bacakan buku ringan tentang tokoh yang sering mendapat penghargaan atas daya kreatifnya untuk memacu motivasi anak.
C.    Ciri anak usia 4 sampai 5 tahun
1.      Mereka berkembang menjadi egosentrik. Mereka berpikir sebagai pribadi pertama dan beranggapan bahwa diri sendiri sebagai pusat dunia. Bertindak dengan cara fikir sentrasi, semua dilakukan menurut cara yang diinatinya senndiri.
2.      Mereka belajar ketrampilan untuk mengatasi aneka perasaan mereka sekdiri dengan cara yang produktif.
3.      Ketakutan atas situasi yang tidak diketahui mungkin menyebabkan anak kehilangan rasa percaya diri dan kehilangan kontrol atas dirinya. Mereka bisa berteriak-berteriak, menanis dan cengeng.
4.      Merka mulai belajar menanggapi motivasi dari libuk hati, hasrat baik (seperti suka membantu)
5.      Anak menerima kehangatan dan rasa aman dalam lingkungannya.
·         Peran perpustakaan Untuk membantu kecerdasan intrapersonal dalam kondisi semacam itu.
1.      Menyediakan bahan bacaan yang sudah umum dengan tokoh yang sudah popular untuk cerita anak (misalnya si kancil), atau menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi atau gambar tentang adanya aneka peran dan pekerjaan, atau fungsi yang berbeda.
2.      Menyediakan buku bacaan tentang solusi suatu masalah. misalnya kalau hujan kita harus mengambil payung, kalau menyebrang sungai harus memakai perahu, dan sebagainya.
3.      Menyediakan album foto-foto dokumentasi tentang berbagai kondisi masyarakat (misalnya masyarakat terasing), hal ini akan menumbuhkan sifat keberanian anak untuk bersosial.
4.      Menyediakan buku-buku kisah teladan, yang bisa dibaca oleh anak sendiri atau orang tua yang mendampinginya, guna membantu motivasi anak untuk berbuat baik seperti yang diceritakan dalam buku.
5.      Menyediakan bacaan atau atau film- film yang menggambarkan lingkungan kasih sayang konkrit, seperti cerita angsa yang damai, film keluarga cemara dll.
D.    Ciri anak usia 5 sampai 6 tahun
1.      Usia 5 tahun biasanya anak mulai berjiwa sosial dan ramah. Berani bertegur sapa, member salam, memanggil shabatnya.
2.      Anak ulai punya perasaan yang stabil, mereka mengembangnkan penilaian diri dan kepercayaan pada orang lain
3.      Mereka meneriam kehangatan dan rasa aman dalam rahasia dengan orang dewasa dan berkembang rasa percaya diri.
·         Peran perpustakaan Untuk membantu kecerdasan intrapersonal dalam kondisi semacam itu.
1.      Pada usia ini anak cenderung sudah mampu menikmati cerita yang menunjuk karakter sama dengan karakter pada umumnya.
2.      Karakteristik tokoh dalam bacaan diseleksi dan diharapkan dapat membangkitkan rasa percaya diri anak.
3.      Menciptakan rasa kekeluargaan di perpustakaan terutama dengan anak-anak, agar perpustakaan menjadi tempat yang aman dan teduh bagi jiwa anak untuk membaca dan mengenali karakter orang lain.
E.     Ciri anak usia 6 sampai 8 tahun
1.      Pada usia 6 tahun, emoso tidak setabil seperti anak pada usi 5 tahun, mereka menunjukan ketegangan, membuat sensasi dengan mengedepankan konflik: misalnya mogok belajar untuk melawan guru atau orang tua.
2.      Anak mencari kemandirian diri orang dewasa, tetapi tetap ingin mencari kehangatan dan keamanan mereka.
·         Peran perpustakaan Untuk membantu kecerdasan intrapersonal dalam kondisi semacam itu.
1.      Perpustakaan menyediakan bahan bacaan yang melukiskan anak mampu mengatasi ketegangan. Misalnya buku cerita tentanng keberanian anak pelaut. Anak transmigran, anak korban bencana.
2.      Menyediakan buku-buku yang bertema kemandirian. Misalnya riwayat hidup nabi Muhammad pada waktu masih remaja.
F.     Ciri anak usia sekolah dasar
1.      Ciri kepribadian, khususnya kerjasama tampak memuncak pada usia ini.
2.      Perasaan takut akan bahaya-bahaya mulai berkurang tetapi menjadi sangat takut dengan hal-hal yang sifatnyamistis dan ekstrim seperti setan , singa, ruang yang gelap, halilintar dan sebagainya.
·         Peran perpustakaan Untuk membantu kecerdasan intrapersonal dalam kondisi semacam itu.
1.      Menyediakan buku-buku tentang kerjasama, pengalaman kerja sama, seperti pengalaman waktu kemah bersama.
2.      Memilih dan menyediakan buku-buku cerita yang melukiskan ketakuatan ketakutan anak-anak dan tema yang mengembaangkan pemahaman ketakutan yang tidak realistis.


G.    Ciri anak usia akhir sekolah dasar
1.      Banyak anak yang sudah mampu menginternalisasi klontrol diri, mereka percaya bahwa ia dapat mengontrol apa yang terjadi dan mencoba lebih bertanggung jawab.
2.      Kemandirian mencadi cirri pribadi yang sesuai.
3.      Perubahan-perubahan cepat dalam hal fisik yang mungkin menyebabkan anak menjadi sadar diri dan kritis terhadap diri sendiri.
·         Peran perpustakaan Untuk membantu kecerdasan intrapersonal dalam kondisi semacam itu.
1.      Menyediakan buku-buku tentang perkembangan iternalisasi control diri.
2.      Menyediakan buku tentang kemandirian baik sebagai perpmpuan maupun sebagai laki-laki
3.      Memilih dan menyediakan cerita tentang anak yang mengalami pertumbuhan fisik dan fisika masa kini.

      Di sekolah, perpustakaan sekolah juga memegang peranan penting dalam implementasi literasi informasi. Kolaborasi dengan para guru dalam penyampaian materi pembelajaran bisa menjadi metode jitu dalam mengajarkan keterampilan literasi informasi ini. Diskusi dengan para guru dan pembagian tugas mana yang dapat dilakukan oleh pustakawan dan guru menjadi model kolaborasi efektif bagi ke dua belah pihak.
      Pustakawan juga perlu mengembangkan koleksi perpustakaannya secara reguler dan sesuai dengan kurikulum sekolahnya. Program perpustakaan yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan program literasi informasi juga perlu dikembangkan. Membina kerja sama dan berjejaring dengan pustakawan sekolah lain serta melakukan pengembangan profesi yang regular juga perlu. Menjadi pustakawan sekolah yang melek informasi dan terus belajar serta terbuka terhadap kemajuan informasi dan teknologi dalam mengimbangi perkembangan jaman.
Kesimpulan

      Kemampuan literasi sangat penting diajarkan pada anak terutama pada anak usia dini. pada usia prasekolah tersebut seorang anak memiliki daya khayal yang tinggi dan berbeda serta merupakan masa perkembangan dengan daya kreativitas yang pesat sehingga anak lebih mudah dalam diarahkan.
      Kemampuan literacy lebih luas daripada kemempuan membaca, literacy tidak hanya sekedar kemampuan untuk membaca tetapi juga kemampuan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, menciptakan, mengkomunikasikan dan menghitung, dengan menggunakan bahan-bahan tercetak dan tertulis yang berhubungan dengan berbagai macam konteks. Konsep literasi awal menjelaskan tentang perilaku yang dilakukan oleh anak dengan buku dan ketika membaca dan menulis, meskipun sebenarnnya anak tidak bisa membaca dan menulis dalam pemahaman yang biasa.
      Dengan penguasaan pada literasi dasar, dalam  tiga area (prosa, dokumen, dan kuantitatif) akan membuat anak untuk dapat lebih mudah mengikuti program literasi yang lebih tinggi yaitu information literacy.
      Perpustakaan berperan aktif dalam menunjang keberhasilan literasi anak dan remaja dengan menyediakan sarana yang lengakap dan disesuaikan dengan kebutuhan dan usia meraka. Karena setiap anak mempunyai ciri tertentu dan kebutuhan yang berbeda pula pada setiap tingkatannya.





Daftar Pustaka

Farida, Ida. 2005. Perpustakaan sebagai pusat pembinaan information literacy: belajar dari cermin sejarah.  Perpustakaan sebagai center for learning society. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hlm. 139

Halimah Tusadiah, Nurul. 2009. Skripsi: Efektivitas permainan konstruktif dalam Meningkatkan kreativitas anak di taman Pendidikan qur’an (tpq) al-hikmah Joyosuko malang. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim. library.uin.ac.id akses 25 Mei 2011
Latuputty, Hanna Kathy. Mendampingi anak menjadi pembelajar seumur hidup. halatuputty.blogspot.com/2010/10/mendampingi-anak-menjadi-pembelajar.html akses 25 mei 2011
Nuryudi. Mendukung pendidikan berbasis kompetensi dengan program literasi dasar dan informasi. Al-Maktabah: jurnal komunikasi dan informasi perpustakaan. Vol.8, No. 2, oktober 2006. Hlm. 18

Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto

Umar, Agus.  Peran orang tua dalam engembangkan membaca dan literacy anak usia 0 sampai 5 tahun. Al-Maktabah: jurnal komunikasi dan informasi perpustakaan. Vol.8, No. 2, oktober 2006. Hlm.3




[1] Agus Umar.  Peran orang tua dalam engembangkan membaca dan literacy anak usia 0 sampai 5 tahun. Al-Maktabah: jurnal komunikasi dan informasi perpustakaan. Vol.8, No. 2, oktober 2006. Hlm.3
[2] Nurul Halimah Tusadiah. 2009. Skripsi: Efektivitas permainan konstruktif dalam Meningkatkan kreativitas anak di taman Pendidikan qur’an (tpq) al-hikmah Joyosuko malang. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim. library.uin.ac.id akses 25 Mei 2011
[3] Ibid
[4] Nuryudi. Mendukung pendidikan berbasis kompetensi dengan program literasi dasar dan informasi. Al-Maktabah: jurnal komunikasi dan informasi perpustakaan. Vol.8, No. 2, oktober 2006. Hlm. 18