Senin, 01 Oktober 2012


 Model Literasi Informasi
oleh Fitiatus Saomi R

      Untuk menjadi seseorang melek informasi, maka beberapa pihak telah mengembangkan berbagai model literasi informasi dalam menjelaskan langkah langkah untuk menghasilkan produk informasi atau memenuhi kebutuhan informasi mereka. Di tahun 1990-an, model literasi mulai bermunculan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang menuntut model yang bisa mendapatkan informasi secara efektif dan efisien.
Teori dan model yang ditetapkan dalam lingkup ketrampilan informasi, pencarian informasi / proses mencari dan teori-teori perilaku mencari informasi yang lebih dulu dikembangkan pada teori-teori belajar Misalnya: teori pembelajaran taksonomi blooms yang dikenalkan atau dipublikasikan pada tahun 1956 (Boom 2003), pembelajaran ini masih digunakan sebagai dasar untuk menganalisis tinngkat pembelajaran. Kemudian banyak konsep dan model yang dibawa oleh ilmuan dan pendidik informasi yang berkaitan dengan proses pencarian informasi dan perilaku pencarian informasi (kuhltau,19911998 kuhlthau-home page, 2004) Tingkat pencarian informasi model big6 yang dikembangkan oleh Eizenberg dan Berkovits (Eizenberg dan Berkovits 1990 & Big6tm-home page 2004) menggunkan Khultau sebagai dasar, model literasi informasi relasional Bruce’s (Bruce, 1997 & Bruce-home page 2004), teori ketrampilan literasi informasi 7pillar yang dikembangkan oleh SCONUL (Society for Collage and University Libraries) di UK berdasarkan model Bruce’s (SCONUL,1999), model EXIT Ontario School of library Association, berurusan dengan tingkat perguruan tinggi tingkat literasi siswa (OSLA, 1999), model literasi informasi Ralph dengan kontribusinya terhadap jenis lain dari literasi (Ralph, 1999), 6 tahap informasi pemecahan masalah penny Moores (moore 2002) dll yang terkemuka diantar bannyak teori model dan standar yang diterbitkan. [1]
Dalam setiap model literasi informasi tersebut disusun langkah-langkah atau prosedur untuk melaksanakannya. Langkah-langkah tersebut disusun sebagai suatu model yang disebut model literasi informasi. Berikut beberapa contoh model literasi informasi dan langkah-langkah untuk menjadi orang yang melek informasi.
1.        Empowering 8
Model literasi empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang berupa resource-based learning yaitu suatu kemampuan untuk belajar berdasarkan sumber datanya. Model literasi ini dikembangkan dihasilkan dari dua workshop yaitu di Kolombo tahun 2004 dan di Patiala- India tahun 2005. 

Model empowering 8 digambarkan sebagai suatu model yang dapat digunakan untuk memecahkan setiap masalah informasi secara efektif untuk menggunakan delapan langkah dengan beberapa sub langkah dibawah masing-masing komponen.
Menurut model ini, literasi informasi terdiri dari kemampuan untuk:
1.        Mengindentifikasi topik/subyek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis-jenis Sumber
2.        Mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topic
3.        Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan dan mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai
4.        Mengorganisasi, mengevaluasi, dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi
5.        Menciptakan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, mengedit dan membuat daftar pustaka ataupun menghasilkan karya baru
6.        Mempresentasi, menyebarkan atau menyampaikan informasi yang dihasilkan
7.        Menilai output, berdasarkan masukan dari orang lain
8.        Menerapkan masukan, penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang; dan menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh untuk berbagai situasi.
2.        Big6
Metode ketrampilan literasi informasi Big6  dikembangkan di Amerika Serikat oleh dua pustakawan, Mike Eisenberg seorang Profesor Ilmu Informasi di Syracuse University  dan Bob Berkowizt ahli pelatihan media perpustakaan di Syracuse, New York pada tahun 1990. The Big6™ menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk mengajar informasi dan keterampilan informasi serta teknologi. Dalam model ini terdiri dari 6 ketrampilan dan dan 12 langkah. Dimana, setiap keterampilan terdiri dari 2 langkah.
Tabel langkah –langkah Big6
6 Keterampilan
12  Langkah
1. Perumusan Masalah
1.1. Merumuskan masalah
1.2. Mengidentifikasi yang diperlukan
2. Strategi Pencarian informasi

2.1. Menentukan sumber
2.2. Memilih sumber terbaik
3. Lokasi dan Akses

3.1. Mengalokasi sumber secara intelektual dan fisik
3.2. Menemukan informasi di dalam sumber-sumber tersebut
4. Pemanfaatan Informasi

4.1. Membaca, mendengar, meraba dsb
4.2. Mengekstraksi informasi yang relevan
5. Sintesis
5.1. Mengorganisasikan informasi dari pelbagai sumber
5.2. Mempresentasikan informasi tersebut
6. Evaluasi
6.1. Mengevaluasi hasil (efektivitas)
6.2. Mengevaluasi proses (efisiensi)

Keunikan dari model the Big6 ini antara lain adalah karena model ini di klaim oleh pembuatnya sebagai sebuah model “problem solving” dalam menyelesaikan masalah informasi. Hal ini berbeda dengan beberapa model lainnya yang memang sudah diarahkan secara khusus untuk menyelesaikan masalah dalam penulisan. Karena itu, maka model ini sifatnya lebih fleksibel dari model-model literasi informasi lainnya, karena model ini bisa diterapkan pada hampir semua masalah manusia yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusannya.[2]
3.        Seven pillar
Seven pillar merupakan model literasi informasi yang dikembangkan oleh SCONUL (Society for Collage and University Libraries), sebuah organisasi yang membawahi perpustakaan di Inggris. Pada model literasi ini,  memiliki pandangan literasi informasi merupakan satu set tujuh dimensi kompetensi, dibangun di atas dasar keterampilan perpustakaan dan kemampuan IT (information technology), yang merupakan dasar bagi mereka. Model literasi dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar model seven pillar
Pada model tersebut, untuk menjadi orang yang melek informasi, dibutuhkan dua keterampilan dasar yaitu keterampilan dasar perpustakaan (basic library skills) dan kemampuan teknologi informasi (IT skills). Antara dasar dan konsep tingkat yang lebih tinggi 'melek informasi' muncul tujuh keterampilan dan atribut, praktek yang mengarah pada kesadaran refleksi dan kritis terhadap informasi sebagai sumber daya intelektual untuk menjadi pengguna kompeten pada tingkat ahli. Perkembangan dari pemula menjadi ahli ditunjukkan oleh panah. Mahasiswa tahun pertama sebagian besar akan berada di bawah panah, mungkin hanya berlatih empat keterampilan pertama, sementara pascasarjana dan mahasiswa penelitian akan bertujuan untuk menjadi ahli menjelang akhir, dan akan bercita-cita untuk ketujuh. Dalam pendidikan tinggi, literasi informasi harus mencakup pengertian tentang individu yang mampu memberikan kontribusi pada sintesis informasi yang ada, untuk lebih mengembangkan ide-ide membangun sintesis dan akhirnya, menciptakan pengetahuan baru dalam disiplin mata pelajaran tertentu .
Semua model literasi tersebut mempunyai ciri tersendiri dalam mencapai sesorang yang melek informasi tak terkecuali model Big6. Alasan pemilihan model ini sebagai alur proses penelitian dalam mengetahui literasi informasi mahasiswa yang diukur dengan standar ACRL karena model ini tidak hanya dapat digunakan sebagai hirarki berfikir yang sistematis untuk mengerjakan penulisan, tapi dapat digunakan sebagai “problem solving tool” dalam memecahkan setiap masalah yang berkaitan dengan informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Standar Dokumen ACRL menyediakan perancah untuk mengembangkan dan mengukur kemampuan individu melek informasi. Standards ACRL memanfaatkan perkembangan dasar melek informasi dan memperluas keterampilan-keterampilan ke dalam pengaturan pendidikan tinggi. Keterkaitan standar ACRL dan AASL (American Association of School Librarians) menunjukkan berbagai hasil literasi informasi dikembangkan untuk siswa di semua tingkat. Melalui campuran dari K12 standar melek informasi dan standar dari dokumen ACRL, bahwa Big6 dapat menjadi bagian dari proses literasi informasi dalam pendidikan tinggi.[3] Orang yang sangat ahli dalam memecahkan masalah informasi cenderung menggunakan langkah-langkah Big6 tanpa disadari atau mengetahui apa itu, meskipun dia tidak mempelajari Big6.


[1] World Library and Information Congress: 70th IFLA General Conference and Council 22-27 August 2004 Buenos Aires, Argentina Programme: akses 17 April 2011 dari http://www.ifla.org/IV/ifla70/prog04.htm  h.3


[2] Dharma gustiar baskoro.2011.”Literasi Informasi 6 : BIG6 sebagai salah satu metode Literasi Informasi.” http://dbaskoro.blogspot.com  akses 14 Mei 2011
[3] Ru Story-Huffman. “Big6 in Higher Education: Considering the ACRL Standards in a Big6 Context” akses pada 7 Juli 2012 dari http://big6.com